Tuesday, 11 March 2014

KETOKOHAN PENGARANG KARYA AGUNG

SYEIKH HAMZAH FANSURI
- seorang cendekiawan, ulama tasawuf, dan budayawan terkemuka yang diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-16 sampai awal abad ke-17.
- Nama gelar atau takhallus yang tercantum di belakang nama kecilnya memperlihatkan bahawa pendekar puisi dan ilmu suluk ini berasal dari Fansur, sebutan orang-orang Arab terhadap Barus, sekarang sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra yang terletak antara kota Sibolga dan Singkel.
- Sampai abad ke-16 kota ini merupakan pelabuhan dagang penting yang dikunjungi para saudagar dan musafir dari negeri-negeri jauh.
- Sayang sekali bukti-bukti tertulis yang dinyatakan kapan sebenarnya Syeikh Hamzah Fansuri lahir dan wafat, di mana dilahirkan dan di mana pula jasadnya dibaringkan dan di tanam, tak dijumpai sehingga sekarang.
-Tetapi dari syair dan dari namanya sendiri menunjukkan bahwa sudah sekian lama beliau berdominasi di Fansur, dekat Singkel, sehingga mereka dan turunan mereka pantas digelari Fansur.
- Pada ahli cenderung memahami dari syair-syairnya bahwa Hamzah Fansuri lahir di tanah Syahmawi, tapi tidak ada kesepakatan mereka dalam mengidentifikasikan tanah Syahmawi itu, ada petunjuk tanah Aceh sendiri ada yang menunjuk tanah Siam, dan bahkan ada sarjana yang menunjuk negeri Persia sebagai tanah yang di Aceh oleh nama Syamawi.
- Dalam buku Hamzah Fansuri Penyair Aceh, Prof. A. Hasymi menyebut bahwa Syeikh Hamzah Fansuri hidup dalam masa pemerintahan Sultan Alaidin Riayat Syah IV Saiyidil Mukammil (997-1011 H-1589-1604 M) sampai ke permulaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda Darma Wangsa Mahkota Alam (1016-1045 H-1607-1636 M).
- Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Syeikh Hamzah al-Fansuri telah belajar berbagai ilmu yang memakan waktu lama.
- Selain belajar di Aceh sendiri beliau telah mengembara ke pelbagai tempat, di antaranya ke Banten (Jawa Barat), bahkan sumber yang lain menyebut bahwa beliau pernah mengembara keseluruh tanah Jawa, Semenanjung Tanah Melayu, India, Parsi dan Arab.
- Dikatakan bahwa Syeikh Hamzah al-Fansuri sangat mahir dalam ilmu-ilmu fikih, tasawuf, falsafah, mantiq, ilmu kalam, sejarah, sastra dan lain-lain.
- Dalam bidang bahasa pula beliau menguasai dengan kemas seluruh sektor ilmu Arabiyah, fasih dalam ucapan bahasa itu, berkebolehan berbahasa Urdu, Parsi, Melayu dan Jawa.
- Karya-karya Hamzah FansuriSyair-syair Syeikh Hamzah Fansuri terkumpul dalam buku-buku yang terkenal, dalam kesusasteraan Melayu / Indonesia tercatat buku-buku syairnya antara lain :

a. Syair burung pingai
b. Syair dagang
c. Syair pungguk
d. Syair sidang faqir
e. Syair ikan tongkol
f. Syair perahu

- Karangan-karangan Syeikh Hamzah Fansuri yang berbentuk kitab ilmiah antara lain :

a. Asfarul ‘arifin fi bayaani ‘ilmis suluki wa tauhid
b. Syarbul ‘asyiqiin
c. Al-Muhtadid. Ruba’i Hamzah al-Fansuri

- Karya-karya Syeikh Hamzah Fansuri baik yang berbentuk syair maupun berbentuk prosa banyak menarik perhatian para sarjana baik sarjana barat atau orientalis barat maupun sarjana tanah air.
- Yang banyak membicarakan tentang Syeikh Hamzah Fansuri antara lain Prof. Syed Muhammad Naquib dengan beberapa judul bukunya mengenai tokoh sufi ini, tidak ketinggalan seumpama Prof. A. Teeuw juga r.O Winstedt yang diakuinya bahawa Syeikh Hamzah Fansuri mempunyai semangat yang luar biasa yang tidak terdapat pada orang lainnya.
- Dua orang yaitu J. Doorenbos dan Syed Muhammad Naquib al-Attas mempelajari biografi Syeikh Hamzah Fansuri secara mendalam untuk mendapatkan Ph.D masing-masing di Universitas Leiden dan Universitas London.

- Karya Prof. Muhammad Naquib tentang Syeikh Hamzah Fansuri antaranya :

a. The Misticim of Hamzah Fansuri (disertat 1966),Universitas of Malaya Press 1970- Raniri and The Wujudiyah
b. IMBRAS, 1966- New Light on Life of Hamzah Fansuri
c. IMBRAS, 1967- The Origin of Malay Shair, Dewan Bahasa dan Pustaka, 1968

- Menurut beberapa pengamat sastra sufi, sajak-sajak Syaikh Hamzah al-Fansuri tergolong dalam Syi'r al- Kasyaf wa al-Ilham, yaitu puisi yang berdasarkan ilham dan ketersingkapan (kasyafi yang umumnya membicarakan masalah cinta Ilahi).
- Pemikiran dan Pengaruh Hamzah FansuriBanyak ualama Indonesia di kenal lantaran karya-karya mereka yang tersebar di berbagai wilayah dunia Islam.
- Di antara ulama Indonesia yang dikenal sebagai pengarang adalah Nuruddin Ar-Raniri, Hamzah Fansuri, Abdurrauf Singkel, dan Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari.
- Di bidang keilmuan Syeikh Hamzah Fansuri telah mempelajari penulisan risalah tasawuf atau keagamaan yang demikian sistematis dan bersifat ilmiah.
- Sebelum karya-karya Syeikh muncul, masyarakat muslim Melayu mempelajari masalah-masalah agama, tasawuf dan sastra melalui kitab-kitab yang ditulis di dalam bahasa Arab atau Persia.
- Di bidang sastra Syeikh mempelopori pula penulisan puisi-puisi filosofis dan mistis bercorak Islam, kedalaman kandungan puisi-puisinya sukar ditandingi oleh penyair lan yang sezaman ataupun sesudahnya.
- Penulis-penulis Melayu abad ke-17 dan 18 kebanyakan berada di bawah bayang-bayang kegeniusan dan kepiawaian Syeikh Hamzah Fansuri.
- Di bidang kesusastraan pula Syeikh Hamzah Fansuri adalah orang pertama yang memperkenalkan syair, puisi empat baris dengan skema sajak akhir a-a-a-a syair sebagai suatu bentuk pengucapan sastra seperti halnya pantung sangat popular dan digemari oleh para penulis sampai pada abad ke-20.
- Di bidang kebahasaan pula sumbangan Syeikh Hamzah Fansuri sukar untuk dapat di ingkari.
- Pertama, sebagai penulis pertama kitab keilmuan di dalam bahasa Melayu, Syeikh Hamzah Fansuri telah berhasil mengangkat martabat bahasa Melayu dari sekedar lingua franca menjadi suatu bahasa intelektual dan ekspresi keilmuan yang canggih dan modern.
- Dengan demikian kedudukan bahasa Melayu di bidang penyebaran ilmu dan persuratan menjadi sangat penting dan mengungguli bahasa-bahasa Nusantara yang lain, termasuk bahasa Jawa yang sebelumnya telah jauh lebih berkembang.
- Kedua, jika kita membaca syair-syair dan risalah-risalah tasawuf Syeikh Hamzah Fansuri, akan tampak betapa besarnya jasa Syeikh Hamzah Fansuri dalam proses Islamisasi bahasa Melayu dan Islamisasi bahasa adalah sama dengan Islamisasi pemikiran dan kebudayaan.
- Di bidang filsafat, ilmu tafsir dan telaah sastra Syeikh Hamzah Fansuritelah pula mempelopori penerapan metode takwil atau hermeneutika keruhanian, kepiawaian Syeikh Hamzah Fansuri di bidang hermeneutika terlihat di dalamAsrar al-‘arifin (rahasia ahli makrifat), sebuah risalah tasawuf klasik paling berbobot yang pernah dihasilkan oleh ahli tasawuf nusantara, disitu Syeikh Hamzah Fansuri memberi tafsir dan takwil atas puisinya sendiri, dengan analisis yang tajam dan dengan landasan pengetahuan yang luas mencakup metafisika, teologi, logika, epistemologi dan estetika.
- Asrar bukan saja merupakan salah satu risalah tasawuf paling orisinal yang pernah ditulis di dalam bahasa Melayu, tetapi juga merupakan kitab keagamaan klasik yang paling jernih dan cemerlang bahasanya dengan memberi takwil terhadap syair-syairnya sendiri Syeikh Hamzah Fansuri berhasil menyusun sebuah risalah tasawuf yang dalam isinya dan luas cakrawala permasalahannya.
- Semaklah syair Hamzah Fansuri yang ditulis beliau berjudul “Sidang Ahli Suluk” pada bagian I di bait 1:

“Sidang Faqir empunya kata,
Tuhanmu Zahir terlalu nyata.
Jika sungguh engkau bermata,
lihatlah dirimu rata-rata”.

- Bagi Syeikh Hamzah Fansuri, kehadiran Tuhan itu sangatlah Maha Nyata (Zahir).
- Kerana itu sang sufi, atau disebut sebagai Faqir, adalah orang yang telah meninggalkan keterikatannya pada segala sesuatu di luar dirinya, dan memulai perjalanan ruhaninya dengan “melihat” atau mengenali dirinya sendiri setiap saat.
- Selanjutnya Syeikh Hamzah Fansuri menegaskan bahwa untuk mengenal Jati Diri, seorang sufi harus memulai dengan suatu metode tafakur tertentu, suatu latihan tertentu.
- Suatu metode atau latihan yang sebenarnya juga banyak digunakan oleh berbagai aliran mistik keagamaan atau spiritual di berbagai belahan dunia, yang lebih dikenal dengan istilah meditasi.
- Selama ini pengertian meditasi atau tafakur sering disalahtafsirkan hanya sebagai latihan pernapasan, atau berzikir, atau merapal mantra.
- Tetapi Syeikh Hamzah Fansuri menjelaskan dengan tepat esensi dari tafakur atau meditasi atau latihan sufi di dalam syair berjudul “Sidang Ahli Suluk” pada bagian I di bait 9:

“Hapuskan akal dan rasamu,
lenyapkan badan dan nyawamu.
Pejamkan hendak kedua matamu,
di sana kaulihat permai rupamu”.

- Syeikh Hamzah Fansuri dengan sangat jelas menyatakan bahwa setiap tafakur atau metode latihan sufi apa pun harus dimulai dengan “hapuskan akal dan rasamu”, yang bererti suatu cara untuk menuju kepada kondisi “No-Mind”, kondisi berada dalam Kesadaran Murni atau Kesadaran Ilahi.
- Untuk mencapai kondisi “No-Mind” tersebut, maka seorang sufi harus “lenyapkan badan dan nyawamu”, yang berarti melepaskan keterikatan terhadap tubuh dan berbagai pemikiran atau nafsu (nyawa).
- Setelah itu, barulah sang sufi memejamkan kedua mata inderawinya, untuk mengaktifkan “mata-ruhaninya”, guna melihat rupa dari Jati Dirinya yang senantiasa berada dalam kondisi permai, kondisi “bahagia yang abadi”.
- Inilah sesungguhnya inti dari tafakur atau meditasi menurut Syeikh Hamzah Fansuri.
- Pada hakikatnya, menurut Hamzah, pemahaman akan Tuhan itu mudah, hanya memerlukan kepasrahan dan keberanian kerana “Kekasih zahir terlalu terang/Pada kedua alam nyata terbentang.”
- Jadi, ciri khas pemahaman tasawuf Hamzah adalah hakikat Allah itu dekat dan menyatu, hanya saja manusia tidak menyedarinya.
- Dalam jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII Azumardi Azra menyebutkan bahwa faham Hamzah Fansuri berpaham Wujudiyah, berbeza dengan Ar-Raniri yang memementingkan Syariah dan dianggap sebagai perintis gerakan pembarahu Islam atau neo-sufisme.
- Fahamnya tersebut mendapat pertentangan dari syekh Nuruddin ar-Raniri.
- Dan untuk membasi faham wujudiyah ini, kitab-kitab berfaham wujudiyah, seperti kitab-kitab hamzah fansuri bahkan dibakar di depan masjid baiturrahman Aceh.


SYAMSUDDIN AL- SUMATRANI
- Syamsuddin al-Sumatrani adalah salah seorang sufi Nusantara yang sering juga disebut Syamsuddin Pasai.
- Nama lengkapnya adalah al-Syaikh Syamsuddin ibn Abdullah al-Sumatrani.
- Ia berasal dari Sumatera, yang pada saat itu dikenal dengan nama Samudra Pasai.
- Ia hidup pada masa kerajaan Aceh Darussalam di bawah rezim Raja Iskandar Muda (1607-1636 M).
- Beliau adalah penerus ajaran wujudiyyah Hamzah Fansuri, yang pada akhirnya ajaran-ajaran beliau ditentang keras oleh Syaikh Nuruddin al-Raniri yang hidup pada masa rezim Raja Iskandar Tsani (1636-1641 M).
- Beliau dikatakan lahir antara tahun 1575-1630 M dan beliau dikatakan meninggal dunia pada saat kekalahan pasukan Aceh melawan Melaka, iaitu, 12 Rejab 1039 H atau bersamaan dengan 24 Februari 1630 M.
- Tauhid adalah ajaran utama Syaikh Syamsuddin, iaitu tentang wujud Tuhan yang satu.
- Beliau merupakan penganut fahaman wahdat al-wujûd dan dikenali sebagai salah satu tokoh terkemuka kaum wujûdiyyah yang ada di Aceh.
- Beliau mengatakan bahawa tidak ada (sesuatu pun) dalam wujud kecuali Tuhan.
- Pandangan tidak ada mawjûd selain Tuhan dalam pengajaran Syaikh Syamsuddin ini disebut dengan ajaran tauhid murni atau tauhid hakiki (al-tawhîd al-khâlis).
- Pemikiran tasawuf dari Syaikh Syamsuddin yang berkaitan dengan Tuhan dan alam adalah tentang martabat tujuh.
- Ketujuh-tujuh martabat itu adalah martabat ahâdiyyah, martabat wahdah, martabat wâhidiyyah, martabat âlam al-arwâh, martabat âlam al-mîtsâl, martabat âlam al-‘ajsâm dan martabat âlam al-‘insân.

Karya-karya :
- Aktiviti penulisan pengetahuan keislaman di Aceh memang dimulai oleh Hamzah Fansuri, yang dilanjutkan oleh Syamsuddin Sumatrani sebagai muridnya.
- Hal yang ditulis oleh Syamsuddin Sumatrani adalah senada dan seirama dengan fahaman dan tulisan Hamzah Fansuri.
- Pengetahuan sufi tahap muntahi kedua tokoh ini tidak pernah ditentang oleh Abdul Rauf bin Ali al-Fansuri (Syiah Kuala) sepertimana diputarbelitkan dari sudut sejarah dan ilmiyah oleh setengah penulis yang mengatakan Abdul Rauf Fansuri memihak kepada Nuruddin ar-Raniri.
- Pembicaraan Martabat 7 yang dimulai dari Hamzah Fansuri turun kepada Syamsuddin Sumatrani,turun kepada Abdul Rauf bin Ali al-Fansuri, kemudian disokong oleh beberapa orang ulama nusantara seperti Abdus Shamad al-Falimbani.
- Di dalam karyanya ‘Siyarus Salikin’, Abdus Shamad al-Falimbani mengiktiraf karya-karya Syamsuddin Sumatrani sebagai ajaran tasauf peringkat muntahi.
- Karya-karya Syamsuddin Sumatrani ada yang ditulis dalam bahasa Arab dan bahasa Melayu (Jawi).
- Antara karyanya adalah seperti berikut:

      * Jawhar al-Haqa’iq (30 halaman; berbahasa Arab)
        - merupakan karyanya yang paling lengkap yang telah disunting oleh Van Nieuwenhuijze.
        - Kitab ini menyajikan pengajaran tentang martabat tujuh dan jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.2.
       
      * Risalah Tubayyin Mulahazhat al-Muwahhidin wa al-Mulhidin fi Dzikr Allah (8 halaman; berbahasa Arab).
      - Karya yang telah disunting oleh Van Nieuwenhuijze ini, walaupun sedikit sahaja halamannya tetapi cukup penting              kerana mengandungi penjelasan tentang perbezaan pandangan antara kaum yang mulhid dengan yang bukan                    mulhid.

      * Mir’at al-Mu’minin (70 halaman; berbahasa Melayu).
      - Karyanya ini menjelaskan ajaran tentang keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, para                          malaikat-Nya, hari akhirat, dan kadar-Nya.
      - Jadi pengajarannya dalam karya ini membicarakan butir-butir akidah, sejalan dengan faham Ahlus Sunnah wal               Jama’ah (tepatnya Asy’ariah-Sanusiah).

      * Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri (24 halaman; berbahasa Melayu).
       - Karya ini merupakan ulasan terhadap 39 bait (156 baris) syair Hamzah Fansuri.
       - Isinya antara lain menjelaskan pengertian kesatuan wujud (wahdat al-wujud).
       - Karya ini bukti yang cukup kuat bahawa Syamsuddin Sumatrani adalah penyambung aktiviti dan                                         bertanggungjawab menyebarkan ajaran gurunya Hamzah Fansuri.

      * Syarah Sya’ir Ikan Tongkol (20 balaman; berbahasa Melayu).
      - Karya ini merupakan ulasan (syarh) terhadap 48 baris sya’ir Hamzah Fansuri yang mengupas soal Nur Muhammad         dan cara untuk mencapai fana’ di dalam Allah.

      * Nur al-Daqa’iq (9 halaman berbahasa Arab; 19 halaman berbahasa Me1ayu).
       - Karya yang sudah ditranskripsi oleh AH. Johns ini (1953) mengandungi pembicaraan tentang rahsia ilmu
         makrifah (martabat tujuh).

      * Thariq al-Salikin (18 halaman; berbahasa Melayu).
       - Karya ini mengandungi penjelasan tentang sejumlah istilah, seperti wujud, ‘adam, haqq, bathil, wajib, mumkin,                 mumtani’ dan sebagainya.

      * Mir’at al-Iman atau Kitab Bahr al-Nur (12 halaman; berbahasa Melayu).
      - Karya ini berbicara tentang ma’rifah, martabat tujuh dan tentang roh.

      * Kitab al-Harakah (4 halaman; ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang berbahasa Melayu).
      - Karya ini berbicara tentang ma’rifah atau martabat tujuh.

ABDUL RAUF SINGKEL

- Abdul Rauf ibn Ali al-Fansuri (1024 H/1615 M - 1105 H/1693 M) atau juga lebih dikenali sebagai Tok Sheikh di Kuala merupakan seorang penulis dan ulama yang mengajar di Aceh sekitar 1661.
- Abdul Rauf dilahirkan di Singkil, barat-selatan Aceh.
- Dengan itu dia juga dikenali sebagai Abdul Rauf Singkel.
- Abdul Rauf mendapat pendidikan awal di India sebelum melanjutkan pengajiannya di Makkah dengan Sheikh Abu Hafas Umar bin Abdullah Ba Shaiban.
- Beliau juga mendapat pendidikan di Madinah, Jeddah, Mokha, Zavid dan Betalfakih selama lebih 19 tahun.
- Selain daripada itu dia turut mendapatkan pendidikan di Aceh dan Palembang.
- Antara gurunya yang dikenal pasti tidak kurang daripada 15 orang, antaranya adalah Abdul Kadir Maurir di Mokha,
Ahmad al-Qushashi di Madinah, dan Burhan al-Din Maula Ibrahim ibn Hassan al-Kurani.
- Kebanyakan hasil karya beliau ditulis dalam bahasa Melayu dan dikarang semasa beliau berada di India, Pahang, dan Aceh.
- Kebanyakan hasil karya beliau tidak dapat dikesan lagi, tetapi antaranya adalah :-
* manuskrip Mir'at at-tullab fi tashil ma'rifat al-ahkam a'sh shar'iyyah li malik a'l-wahhab yang disusun di atas permintaan Taj u'l-'alam Safiat-u'd-din, Permaisuri Aceh (1641-1675).
- Satu salinan terdapat di Universiti Leiden dan Batavia.Komentar Baidawi pada al-Quran yang kemudiannya diterbitkan pada 1884.
- Umdat al-muhtajin yang merupakan sebuah kitab zikir kearah kesufian.
- Termasuk gambaran dan cara pengarang-pengarang ternama mendapat pengetahuan.
- Kifayat al-muhtajin yang membincangkan mengenai ilmu tasawuf termasuk mengulas mengenai kitab-kitab A'yan thabitah, Kitab mau'izat al-badi, Iidhahul bayaani fi tahqiqi masaail a'yaani, Ta'biirul bayaani, dan lain-lain.Sirat al-mustaqim yang merupakan kitab fikah pertama dikesan, dalam bahasa Melayu.
- Cetakan pertama sekali diteliti (tasyhih) oleh Sheikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fatani dan dicetak di Turki.
- Ia kemudian dicetak sebagai bab dalam Sabil al-muhtadin dan digunakan sehingga kini.
- Bas-u samawati wal ardi yang dicetak sebagai bab dalam kitab Taj al-mulkal-Fawaid bahiyah yang dicetak sebagai bab dalam kitab Jam'u al-fawaid.
- Asrar al-insani fi ma'rifat al-ruh al-rahmanHujjah al-siddiq li daf'i al-zindiqTibyan fi mi'rifah al adyanBustan al-salatin dalam tujuh jilidHill al-ZillMa'al-hayatiyi li ahli al-mamatTarjuman al-Mustafid, kitab terjemahan ayat al-Qur'an dengan tafsirnya.
- Tafsir di dalam kitab ini sumbernya adalah dari kitab Tafsir al-Jalalayn dan lain-lain.
- Syarah Hadith 40, kitab syarahan Hadith dari kumpulan kitab Hadith 40 yang dikumpul oleh Imam an-Nawawi.

TUN SERI LANANG

- Tun Seri Lanang ialah Bendahara Paduka Raja, Johor antara tahun 1580 dan 1615, serta penyunting Sejarah Melayu (buku, 1612) yang merupakan moyang kepada Sultan Johor dan Sultan Terengganu.
- Salasilah kesultanan Terengganu yang terdapat dalam Sejarah Terengganu (buku) karya Haji Buyong Adil terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka 1974 ada menyatakan bahawa Tun Habib Abdul Majid (Bendahara Seri Maharaja, Johor - Marhum Padang Saujana - Bendahara Johor 1688-1697) yang menjadi Bendahara Johor dari 1688 hingga 1697 adalah bapa kepada Sultan Zainal Abidin I (Sultan Terengganu Pertama) dan kepada Sultan Abdul Jalil IV (Sultan Johor ke-11 dari 1699 hingga 1719).
- Selanjutnya dipaparkan bahawaTun Habib Abdul Majid adalah anak kepada Tun Mat Ali (Bendahara Paduka Maharaja, Johor), iaitu anak kepada Tun Seri Lanang (Bendahara Paduka Raja, Johor 1580-1615).
- Dalam pengetahuan orang-orang Melayu, nama Tun Seri Lanang lebih dikenali sebagai salah seorang bijak pandai dan pengarang ulung bangsa Melayu yang setaraf dengan Munshi Abdullah (Pengarang Hikayat Abdullah).
- Ketika Perang Batu Sawar pada tahun 1613 berlaku, beliau dibawa ke Aceh sebagai tawanan bersama-sama Sultan Alauddin Riayat Shah III, Sultan Johor-Riau, adinda Sultan,Raja Abdullah (Sultan Abdullah Maayah Shah) dan kerabat diraja Johor serta 23000 rakyat Johor.
- Mereka yang ditawan itu dilayan baik oleh sultan Aceh malah Raja Abdullah sendiri dikahwinkan dengan adinda sultan Aceh, Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam yang bernama Ratna Jauhari.
- Pada akhir tahun 1613, Raja Abdullah dihantar pulang bersama-sama dengan 2000 tentera Aceh dan diberikan sejumlah wang oleh Iskandar Muda untuk membina semula kota Batu Sawar.
- Pada tahun 1614, Sultan Alauddin dibenarkan pulang setelah baginda berjanji untuk membantu Aceh melawan Portugis.
- Namun sebahagian besar rakyat Johor memilih untuk menetap di Aceh dan ditempatkan oleh sultan Aceh di jajahan bernama Samalanga termasuk Tun Seri Lanang yang dilantik sebagai ''Uleebalang'' atau gabenor Samalanga dan diberi gelaran  "Orang Kaya Dato' Bendahara Seri Paduka Tun Seberang"  oleh Aceh dan di Johor, beliau digelar 'Dato' yang ke Aceh' .
- Tun Seri Lanang dilantik sebagai uleebalang Samalanga yang pertama yang terletak di pesisir timur Aceh pada tahun 1613 dan terus memerintah selama 40 tahun sehingga kematiannya pada tahun 1659 di Samalanga, Aceh.
- Beliau telah menjadikan Samalanga sebagai pusat pendidikan di Kesultanan Aceh Darussalam.
- Beliau banyak membangunkan banyak masjid yang bukan sahaja berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga pusat pengajian Islam seperti Kuta Blang, Mesjid Raya dan Masjid Matang Wakeuh.
- Beliau juga bertindak sebagai penasihat kepada Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam, Sultan Iskandar Thani dan Seri Ratu Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Shah.
- Keturunan beliau Aceh yang telah bercampur baur dengan bangsawan Aceh, banyak yang menjadi tokoh terkenal seperti Pocut Meuligo-''Srikandi Aceh'', Amponsyik Teuku Muda Bugis, uleebalang Samalanga yang berhasil menewaskan Belanda dalam Perang Aceh(1873-1942) pada tahun 1881, Teuku Hamid Azwar, Teuku Daud Shah dan Teuku H Zainal Abidin Bendahara serta banyak lagi.


ABDULLAH MUNSYI

- Abdullah Abdul Kadir Munshi atau lebih dikenali sebagai Abdullah Munshi (1796-1854) dianggap sebagai 'Bapa Sastera Melayu Moden'.

- Abdullah Munsyi dilahirkan di Melaka pada Ogos 1796 dan meninggal dunia di Mekah pada 1854.Munsyi Abdullah bin Abdul Kadir dianggap sebagai bapa sastera moden.

- Beliau telah bertugas sebagai penyalin dokumen kepada Sir Stamford Raffles.

- Pada masa yang sama beliau telah menterjemah kitab Injil ke dalam bahasa Melayu untuk pergerakan-pergerakan mubaligh Kristian (Christian missionary) di Singapura dan Melaka.

- Di dalam riwayat beliau, Hikayat Abdullah, beliau berjaya memberi gambaran yang jelas mengenai pandangan orang Melayu terhadap kedatangan British ke tanah Melayu.

- Beliau adalah pengkarya pertama yang telah lari dari corak penulisan tradisional.

- Banyak di antara karya beliau yang cuba diketengahkan mengandungi unsur pengkritikan terhadap pemimpin Melayu, etika penggunaan bahasa dan budaya.Nahu bahasa Melayu.

- Abdullah Munshi telah menghasilkan karya pertamanya pada tahun 1830 bertajuk Syair Singapura Terbakar.

- Beliau bukan sekadar memperlihatkan perkembangan bahasa Melayu tersebut melalui karya kesusasteraan malahan juga ia menyedari betapa pentingnya buku nahu bahasa Melayu.

- Baginya, nahu sesebuah bahasa bukanlah dapat menyelesaikan seratus peratus masalah bahasa.

- Hal ini lebih nyata lagi apabila nahu sesuatu bahasa dikaji oleh orang asing yang bahasa ibundanya bukan bahasa Melayu dan tujuan membuat kajian tersebut bukanlah berdasarkan kajian ilmiah melainkan kerana kepentingan tertentu.

- Beliau melihat bahawa nahu bahasa Melayu yang ditulis oleh orang asing itu hanyalah merupakan pengubahsuaian nahu bahasa mereka sendiri yang cuba dipaksakan ke dalam bahasa Melayu.


-antara karya-karya beliau adalah seperti:-


* Syair Singapura Terbakar (1847)

* Hikayat Kalilah Wa Daminah (Terjemahan Tamil 1835)

* Kitab Adat Segala Raja-raja Melayu Dalam Segala Negeri (1837)

* Dawai-Kulub (1838)

* Kisah Pelayaran Abdullah ke Kelantan (1838)

* Hikayat Abdullah (1849)

* Kisah Pelayaran Abdullah ke Jedah (1854)

* Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura Sampai ke Kelantan (1838)

* Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura Sampai ke Mekkah (1858-9)

* Syair Singapura Terbakar (1843)

* Syair Kampung Gelam Terbakar (1847)

* Malay Poem on New Year’s Day (1848)

* Ceretera Kapal Asap (1843)

* Ceretera Haji Sabar ‘Ali (1851)

Bahwa Ini Hikayat Binatang (1846).


RAJA ALI HAJI
- Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad (k.k. 1808 - k.k. 1873) atau lebih dikenali sebagai Raja Ali Haji, ialah ulama, ahli sejarah, serta pujangga Melayu-Bugis, dan terutamanya pencatat pertama dasar-dasar tatabahasa bahasa Melayu melalui Pedoman Bahasa, buku yang telah menjadi piawai bahasa Melayu.
- Bahasa Melayu baku inilah yang ditetapkan sebagai bahasa Indonesia, bahasa rasmi negara Indonesia, dalam Kongres Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928.
- Dilahirkan di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, Raja Ali Haji merupakan keturunan kedua (cucu) kepada Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan IV dari Kesultanan Lingga-Riau.
- Mahakaryanya, Gurindam Dua Belas, yang diterbitkan pada tahun 1847 menjadi pembaharu arah aliran kesusasteraan pada zamannya.
- Raja Ali Haji yang berpendidikan Arab masih mengekalkan bahasa Melayu Klasik yang banyak mempengaruhi oleh perkataan Arab dan struktur Arab.
- Pada tahun 1822 sewaktu Raja Ali Haji masih kecil, beliau pernah dibawa oleh orang tuanya ke Betawi (Jakarta).
- Ketika itu bapanya, Raja Haji Ahmad, menjadi utusan Riau untuk menjumpai Gabenor Jeneral Baron van der Capellen.
- Berulang-ulang kali Raja Haji Ahmad menjadi utusan kerajaan Riau ke Jawa, waktu yang berguna itu telah dimanfaatkan oleh puteranya Raja Ali untuk menemui banyak ulama, untuk memperdalam ilmu pengetahuan Islamnya, terutama ilmu fiqh.
- Antara ulama Betawi yang sering dikunjunginya oleh beliau ialah Saiyid Abdur Rahman al-Mashri.
- Raja Ali Haji sempat belajar ilmu falak dengan beliau.
- Selain dapat mendalami ilmu keislaman, Raja Ali Haji juga banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan hasil pergaulan dengan sarjana-sarjana kebudayaan Belanda seperti T. Roode dan Van Der Waal yang kemudian menjadi sahabatnya.
- Kira-kira tahun 1827/1243H Raja Ali Haji mengikut bapanya Raja Ahmad pergi ke Makkah al-Musyarrafah.
- Raja Ahmad dan Raja Ali Haji adalah di antara anak Raja Riau yang pertama menunaikan ibadah haji ketika itu. Raja Ali Haji tinggal dan belajar di Mekah dalam jangka masa yang agak lama.
- Semasa di Mekah Raja Ali Haji sempat bergaul dengan Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani.
- Beliau sempat belajar beberapa bidang keislaman dan ilmu bahasa Arab dengan Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani yang ketika itu menjadi Ketua Syeikh Haji dan sangat berpengaruh di kalangan masyarakat Melayu di Mekah.
- Beliau bersahabat dengan salah seorang anak Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari iaitu Syeikh Syihabuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
- Barangkali ketika itulah, Raja Ali Haji sempat mempelawa ulama yang berasal dari Banjar itu supaya datang ke Riau, dan jika ulama tersebut bersetuju untuk datang, ulama itu akan dijadikan Mufti di kerajaan Riau.
- Dalam perjalanannya ke Mekah itu, Raja Haji Ahmad dan puteranya Raja Ali Haji pula mengambil kesempatan berkunjung ke Kaherah (Mesir), setelah itu kembali ke negerinya Pulau Penyengat, Riau.
- Pada zaman dahulu, kerajaan Riau-Johor memiliki ramai ulama antaranya Habib Syaikh keturuan as-Saqaf, Syeikh Ahmad Jabarti, Syeikh Ismail bin Abdullah al-Minkabawi, Syeikh Abdul Ghafur bin Abbas al-Manduri dan ramai lagi.
- Tambahan lagi, saudara sepupu Raja Ali Haji yang bernama Raja Ali bin Raja Ja’far menjadi Yamtuan Muda Kerajaan Riau VIII (tahun 1845-1857) menggantikan saudaranya Raja Abdur Rahman bin Raja Haji Yamtuan Muda Kerajaan Riau VII (taun 1833-1845).
- Apabila Raja Ali Haji pulang dari Mekah beliau disuruh oleh saudara sepupunya itu untuk mengajar agama Islam, Raja Ali bin Raja Ja’far juga turut belajar dengan Raja Ali Haji.
- Setelah sekian lama, Raja Ali Haji terjun ke bidang pendidikan.
- Beliau dikatakan telah mengajar Ilmu Nahu, Ilmu Sharaf, Ilmu Usuluddin, Ilmu Fiqh, Ilmu Tasauf dan lain-lain.
- Raja Ali Haji mempunyai kepakaran yang tinggi dalam ilmu pengetahuan Islam, bahkan beliau memang seorang ulama besar pada zamannya.
- Ramai anak murid Raja Ali Haji yang telah menjadi tokoh terkemuka, di antaranya Raja Haji Abdullah yang kemudian menjadi Yamtuan Muda Riau IX, tahun 1857-1858, Saiyid Syaikh bin Ahmad al-Hadi.
- Dalam ilmu syariat, Raja Ali Haji berpegang teguh dengan Mazhab Syafie, dalam iktikad berpegang akan faham Syeikh Abul Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi, sedang dalam amalan tasauf beliau adalah seorang penganut Tarekat Naqsyabandiyah dan mengamalkan Selawat Dalail al-Khairat yang dibangsakan kepada Saiyid Sulaiman al-Jazuli, yang diamalkan secara beruntun sejak datuk-datuknya terutama Raja Haji as-Syahidu fi Sabilillah yang ketika akan meninggalnya masih tetap memegang kitab selawat tersebut di tangannya, sementara pedang terhunus di tangannya yang satu lagi.
- Raja Ali Haji meninggal dunia di Riau pada sekitar tahun 1873.
- Beliau ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan negara pada tahun 2006.
- Bukunya yang berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa merupakan kamus loghat Melayu Johor-Pahang-Riau-Lingga penggalan pertama serta kamus ekabahasa yang pertama di Nusantara.

- Beliau juga menulis:-

* Syair Siti Shianah
* Syair Suluh Pegawai
* Syair Hukum Nikah
* Syair Sultan Abdul Muluk

- Raja Ali Haji juga patut dijasai kerana penulisan sejarah Melayu. Bukunya yang berjudul Tuhfat al-Nafis ("Bingkisan Berharga" tentang sejarah Melayu), walaupun sangat lemah dari segi penulisan sejarah kerana tidak memberikan sebarang sumber dan tahunnya, dapat dianggap sebagai suatu penggambaran peristiwa-peristiwa Melayu bersejarah yang lengkap.
- Sesetengah orang juga berpendapat bahawa Tuhfat dikarang terlebih dahulu oleh Raja Ahmad, ayahnya yang juga merupakan sasterawan, dengan Raji Ali Haji hanya meneruskan apa yang telah dimulai ayahnya.
- Dalam bidang ketatanegaraan dan undang-undang, Raja Ali Haji juga menulis Mukaddimah fi Intizam (undang-undang dan politik).
- Selain itu, beliau juga merupakan penasihat kerajaan.

-antara karya-karya lain adalah:-

* Salasilah Melayu dan Bugis 1890
* Tuhfat al-Nafis 1865
* Bustanul-Katibin
* Kitab Pengetahuan Bahasa
* Gurindam Dua Belas
* Syair Siti Shianah
* Syair Suluh Pegawai
* Syair Hukum Nikah
* Syair Sultan Abdul Muluk

ABDUL SAMAD AL- FALAMBANI
- Syeikh Abdul Samad al-Falimbani dilahirkan pada 1116 H/1704 M, di Palembang, meninggal di Pattani, Thailand pada 1832.
- Nama lengkapnya ialah Abdul Samad bin Abdullah al-Jawi al-Falimbani.
- Sementara itu, sumber Arab pula menamakannya sebagai Sayyid Abdul al-Samad bin Abdul Rahman al-Jawi.
- Abdul Samad adalah panglima [[perang Pattani dan Kedah melawan tentara Siam (1828-1832).

- Sumbangan al-Falimbani dalam bidang penulisan amat banyak, di antara karyanya ialah:-

* Zuhrah al-Murid fi Bayan Kalimah al-Tauhid
* Hidayah al-Salikin Fi Suluk Maslak al-Muttaqin
* Tuhfat al-Raghibin fi Bayan Haqiqat Iman al-Mukminin
* Al-'Urwah al-Wusqa wa Silsilah Ulil-Ittiqa'
* Ratib 'Abdal-Samad
* Zad al-Muttaqin fi Tauhid Rabb al-'Alamin

No comments:

Post a Comment